Halaman

Apakah ini bermanfaat untuk anda?

Jumat, 02 Maret 2012

10 Film Indonesia Paling Romantis 2001-2010


10 Film Indonesia Paling Romantis 2001-2010
HARI Valentine jadi momen yang tepat untuk nonton film.
Tentu film yang romantis, mengisahkan romansa cinta sepasang kekasih. Ada beberapa judul film bertema cinta yang tengah tayang di bioskop. Stasiun TV juga menayangkan sejumlah film bertema cinta.
Kami juga tak mau ketinggalan merekomendasikan apa saja film-film romantis versi kami. Yang kami pilih sengaja film-film romantis buatan negeri sendiri. Rasanya untuk merekomendasikan film Hollywood terlalu jamak, untuk tidak mengatakan mudah. Lagipula, sesekali sineas kita menghasilkan film-film romantis yang tak kalah bagusnya dengan Hollywood.
Kami juga sengaja membatasi daftar ini selama sepuluh tahun dari 2001 sampai 2010. Tujuannya bukan lantaran ingin melupakan film-film romantis era lampau (Cinta Pertama, Badai Pasti Berlalu, Gita Cinta di SMA, atau Kejarlah Daku Kau Kutangkap). Tapi untuk lebih mendekatkan daftar ini pada Anda, pembaca budiman. Film-film sepanjang 10 tahun terakhir rasanya masih lekat dalam ingatan kita. Akses ke film-film itu juga lebih gampang, dari misalnya film era 1970-an atau 1980-an. (Kami janji lain kali bakal bikin daftar “Film-film Indonesia Paling Romantis Sepanjang Masa”)
Lantas, apa dasar kami memilih fim-film romantis berikut? Pertama, tentu filmnya memang romantis. Terjadi perdebatan yang mengasyikan saat kami membatasi hanya memasukkan 10 film sementara ada lebih dari jumlah itu kandidat film yang masuk.
Hasil box office film juga kami pertimbangkan. Karena jumlah banyaknya penonton, jadi indikasi paling mudah film tersebut berhasil membuat orang merasakan romantisisme di dalamnya.
Meski demikian, daftar ini bukan daftar film romantis paling laris. Bukan juga film idealis yang dimenangkan atas film komersil. Bagi kami, ukurannya bukan film komersil vs. film idealis. Ukurannya ya film A buat kami lebih romantis dari film B.
Kami sadar daftar ini sangat subyektif. Rasa romantis setiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu, daftar ini bisa juga semacam undangan bagi Anda untuk membuat daftar film romantis versi Anda sendiri. Kami persilakan.
10. Eiffel… I’m In Love (2003, sutr. Nasri Cheppy)Tangan dingin Nasri Cheppy, sutradara yang sukses dengan Catatan Si Boy di tahun 1980-an, lahir sebuah film bagi remaja era 2000-an. Sukses film ini mendatangkan 3 juta penonton membuktikan sutradara senior era sebelum kebangkitan film pasca 1998 pun masih bisa nyambung dengan penonton generasi 2000-an. Dari sini pada hakikatnya, fim tak mengenal dikotomi sutradara tua dan muda. Yang ada adalah film bagus dan film jelek. Bagi 3 juta penonton Eiffel… adalah film yang mampu membuat mereka terhibur, merasakan nuansa romantis di bioskop. Diangkat dari novel karya remaja 17 tahun, film ini menangkat hubungan benci tapi cinta antara Tita (Shandy Aulia) yang manja dengan Adit (Samuel Rizal) yang cuek. Tita semula sudah punya pacar. Begitu pun Adit. Tapi dari benci malah jatuh ke hati. Saat cinta bertemu, mereka malah harus berpisah. Momen-momen model begini yang mungkin bikin penonton gregetan dan pada akhirnya, menyukai film ini.
9. Romeo & Juliet (2009, sutr. Andibachtiar Yusuf)Sutradara Andibachtiar Yusuf meminjam lakon Shakespeare yang populer ke dalam kisah cinta 2 insan di tengah fanatisme pendukung tim sepakbola pujaan. Konflik keluarga Montague dan Capulet diganti pendukung Persib Bandung dan Persija Jakarta. Di antara The Jak, pendukung Persija, dan Viking, pendukung Persib, yang musuh bebuyutan terjalin cinta antara Rangga (Edo Borne) dengan Desi (Sissy Priscillia). Tentu cinta mereka tak direstui. Tapi, tentu pula, kekuatan cinta yang menang. Rangga-Desi akhirnya memutuskan untuk kawin lari ke kota lain. Situs filmindonesia.or.id menyebut film ini sebuah kisah cinta yang mengikuti alur drama Romeo-Juliet yang terkenal itu, berniat juga untuk melawan kekerasan dalam persepakbolaan. 8. 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta (2010, sutr. Benni Setiawan) Dua anak manusia jatuh cinta. Tapi ada tembok besar yang menghalangi cinta mereka. Rosid (Reza Rahadian) dan Delia (Laura Basuki), dua anak manusia yang dimabuk cinta itu, mengucap nama Tuhan dengan cara berbeda. Rosid, Islam. Delia, Katolik. Film arahan Benni Setiawan ini menukik ke inti persoalan: apa jadinya bila dua sejoli beda agama memadu kasih? Film ini tak hendak memberi jawaban berupa doktrin. Melainkan hal-hal untuk direnungkan. Begitu membuminya 3 Hati… membuat peraih Film Terbaik FFI 2010 ini terasa sangat real, terutama bagi penonton yang mengalami dilema serupa. Pada akhirnya, penonton (lewat tokoh di film) dibiarkan memilih apa yang baik bagi mereka.
7. Ayat-ayat Cinta (2008, sutr. Hanung Bramantyo)Ayat-ayat Cinta (AAC) menandai kebangkitan kembali sebuah sub-genre yang lama tak dibuat sineas kita: film Islam(i). Sebelumnya, film bertema islami, macam Rindu Kami PadaMu (2004) karya Garin Nugroho, hanya populer di pinggiran. Lewat AAC, dengan popularitasnya hingga 3,8 juta penonton, film islami masuk ke ranah mainstream. Mengapa film islami bisa demikian digemari? Pangkal soalnya bukan karena negeri kita berpenduduk Muslim terbesar. Melainkan pada sosok Fahri (Fedi Nuril), mahasiswa Indonesia di Kairo, Mesir, yang menemukan persoalan pelik memilih wanita yang akan dinikahinya. Cinta segitiga yang kemudian dijalaninya dengan Maria (Carissa Putri) dan Aisha (Rianti Cartwright) berhasil mengharu biru kita. Siapa yang tahan tidak menitikkan air mata saat Maria akhirnya ikhlas melepas Fahri.
6. Heart (2006, sutr. Hanny R. Saputra)Sineasnya, Hanny R. Saputra menyebut filmnya menyajikan mood “keagungan cinta yang menggenang.” Maksudnya, tentang cinta yang tertahan lantaran tak bisa diekspresikan lebih bebas. Inti kisah Heart tentang cinta segitiga antara Farel (Irwansyah), Rachel (Nirina Zubir), dan Luna (Acha Septriasa). Farel jatuh cinta pada Luna. Tapi, Luna, walau juga menyambut cinta itu, Rachel berusaha terus menghindar. Di saat bersamaan, Rachel yang selama ini bersahabat dengan Farel, ternyata juga jatuh cinta pada Farel. Rachel tak bisa mengungkapkan cinta pada sahabatnya. Sedang Luna merasa percuma jatuh cinta karena sebentar lagi ia dijemput maut digerogoti penyakitnya. Buat menceritakan mood cinta segitiga Farel, Luna, dan Rachel tersebut Hanny menyuguhkan gabar-gambar yang indah dipandang mata, pemandangan maupun tata artistik yang sering kita saksikan dalam komik-komik serial cantik. Ingat momen pacaran di danau atau berlari-lari di pegunungan? Tak dipungkiri, film ini berhasil menyajikan suasana romantis.
5. Hari Untuk Amanda (2010, Angga Dwimas Sasongko)Anda mungkin pernah dengar, menjelang hari pernikahan cobaan berat biasanya datang. Film ini mengangkat mitos itu. Sepuluh hari jelang pernikahannya, Amanda (Fanny Fabriana) malah didekati mantan pacarnya, Hari (Oka Antara). Calon suami Amanda, Dody (Reza Rahadian) sibuk mengurusi pekerjaan kantornya. Alhasil, Amanda ditemani Hari mengantar undangan. Dalam perjalanan itu, keduanya menapaki lagi cinta yang dulu pernah dijalani. CLBK? Tentu. Tapi bukan itu inti film ini. Amanda sempat ragu apa mnikah adalah pilihan tepat baginya. Namun pada akhirnya ia tetap memilih. Cinta lama mungkin menggoda untuk dibangkitkan lagi, tapi apa cinta lama itu yang terbaik bagi kita? Amanda sudah menentukan pilihannya. Sebuah plihan yang menunjukkan kedewasaan diri.
4. Cin(T)a (2009, sutr. Sammaria Simanjuntak) Seperti 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta, film ini juga mengangkat kisah cinta beda agama. Hanya saja, pendekatan yang dilakukan Sammaria Simanjuntak rasanya lebih baik dari 3 Hati… Pertama, ia mengandalkan filmnya pada dialog sejoli yang jatuh cinta, Cina (tanpa ‘Rakyat” tanpa “Republik”) ”) [“Aneh banget ya bokap lo. Udah tahu muka lo Cina. Masih dikasih nama ‘Cina’”] dan Annisa [“Tega kali bapak kau. Udah tau muka kau perempuan, masih dikasih nama perempuan”]. Yang kita saksikan bukan hanya adegan romantis yang tak biasa (jemari digambari yang saling menyatu) tapi juga ke persoalan filosofis tentang Tuhan, agama, hingga teror atas nama agama. Ini misalnya: “Kenapa Allah nyiaptain kita beda-beda. Kalau Allah ingin disembah dengan satu cara?” Yang dijawab, “Makanya Allah ciptain cinta. Biar yang beda-beda bisa nyatu.”
3. LoVe (2008, Kabir Bhatia)LoVe dibesut sutradara asal Malaysia, Kabir Bhatia. Isinya 5 cerita cinta yang tak saling berkaitan. Lima kisah dengan bintang terkenal. Ada Sophan Sophiaan, Widywati, Darius Sinathrya, Luna Maya, Surya Saputra, Wulan Guritno, Fauzi Baadila, Acha Septriasa, Irwansyah, dan Laudya Chintya Bella. Deretan pemain itu saja membuat filmnya menarik untuk dilirik. Belum lagi penggarapannya yang manis. Kabir berhasil merekam sudut kota Jakarta yang kita lihat sehari-hari (halte busway, gang sempit, kafe, hingga jalanan) terasa romantis dan sedap dipandang. Jangan tanya kisahnya. Anda pasti akan ikut terhanyut dan terkenang terus. Seorang pria pikun yang dicinta seorang wanita; suami yang dikhianati lalu menemukan cintanya kembali; juga tentang cinta tanpa pamrih, tulus, dan kekal.
2. Claudia | Jasmine (2008, Awi Suryadi)Awi Suryadi, sutradara film ini, tergolong sineas muda berbakat. Buat saya, ini film terbaiknya. Kisah film ini sederhana saja. Tentang Claudia (Kirana Larsati), gadis SMA yang tak pernah pacaran lantas bertemu “pangeran tampan tanpa kuda putih”, dan Jasmine (Kinaryosih), gadis di penghujung usia 20-an yang kesulitan mencari jodoh dan di saat bersamaan lingkungannya mendesaknya untuk menikah. Awalnya kita mengira menonton dua film (film tentang Claudia dan film tentang Jasmine), tapi Awi rupanya memberi kejutan manis di akhir (yang rasanya dosa besar bila diungkap pada yang belum nonton film ini).
1. Ada Apa dengan Cinta? (2002, sutr. Rudi Sudjarwo)Tempo hari saya menonton lagi Ada Apa dengan Cinta? (2002) dalam rangka ultah 10 tahun film ini. Setelah 10 tahun, film ini masih membuat penontonnya terbetot pada pasang surut hubungan Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastrowardoyo). Dari segi pengisahan, plotnya meminjam ramuan komedi romantis: dari benci ke cinta, terpisahkan, lalu karakternya sadar kalau ia tak bisa pindah ke lain hati dan pada klimaksnya mngjar cintanya hingga ke bandara. Film ini memang ditutup dengan perpisahan. Tapi sebuah puisi manis, serta senyum Cinta dan Rangga, memberi rasa puas pada penonton. Kita masih ingat bait puisinya.Perempuan datang atas nama cintaBunda Pergi Karena CintaDigenangi air racun jingga adalah wajahmuSeperti bulan lelap tidur di hatimuYang berdinding kelam dan kedinginan Ada apa dengannya?Meninggalkan hati untuk dicaciLalu sekali ini aku lihat karya surgaDari mata seorang hawaAda apa dengan cinta?Tapi aku pasti akan kembali dalam satu purnamaUntuk Mempertanyakan kembali cintanyaBukan untuknya bukan untuk siapaTapi untukku... Karena aku ingin kamuItu saja...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar